Blog ke berapa ini

Saya tidak pandai merangkai kata dan susah mengeja entah itu berbahasa asing atau bahasa lokal.
Tapi saya sering nulis uneg - uneg saya di sini.
Ini bukan blog pertama Saya, dulu saya pernah bikin, tapi karena saya kurang percaya diri akan tulisan Saya yang masih labil jadi dengan berat Saya hapus.
Masih tersisa satu blog Saya:
Little Big Boy

Kali ini Saya ingin bercerita mengenai diri Saya sendiri. So allow me to introduce myself, My complete name's Wenni Sulistyo Anggrahini.
Sedikit cerita bahwa saya suka sekali berpetualang sejak bayi. Waktu Saya masih di dalam kandungan, Ibu Saya masih menjadi warga Jakarta sebagai salah satu korban urbanisasi bersama bapak Saya.
Jadi ketika Saya lahir, Saya masih berakta kelahiran "Jakarta" pada tanggal 11 Juli 1989.
Tak lama beberapa bulan kemudian entah tepatnya kapan, Bapak dimutasi ke Banyumas.
Di Banyumas ini tanpa perencanaan terciptalah Adek yang selisih 1,5 tahun dari Saya. Itu alasan mengapa sampai sekarang Saya sukar akur dengan adek Saya. Maklum umur setahun itu masih masa manja-manjanya anak, baru setahun jadi anak ragil eh keluarlah si adek. Batal deh jadi anak ragil :D
Ketika si adek baru berumur 3 bulan, Bapak saya dimutasi ke Wonogiri, dan Bapak berjanji untuk terakhir memutasikan dirinya dan keluarganya. Alasan Bapak mutasi ke sana adalah karena dekat dengan keluarga. Meski akses modernisasi sangat lamban, tapi Bapak merasa sangat nyaman dengan kota ini.
Karena Saya adalah anak kedua dari 3 bersaudara, saya merasa tersisihkan semenjak kelahiran adik Saya. Bayangkan, kakak saya dekat sekali dengan bapak saya sedangkan Adek yang pasti belum bisa apa-apa jadi harus melekat dengan Ibu Saya. Lantas saya?
Kata tante Saya, semenjak adek lahir, saya semacam dewasa sebelum waktunya dan mandiri sejak dini.
Kebahagiaan datang ketika bude, kakak dari Bapak Saya berkunjung ke rumah. Saya diberi perhatian yang lebih oleh keluarga bude. Akhirnya dimintalah saya untuk ikut bersama bude ke Surabaya dan orangtua saya mengijinkan.
Sesekali Bapak dan Ibu menengok Saya dan membawakan bekal dan itu berlangsung sampai Saya berumur 12 tahun.
Keluarga bude dari kecil memanggil saya "Enik". Huruf "E" dibaca seperti ejaan "enak".
Umur 12 Tahun, waktu itu saya duduk di kelas 1 SMP, saya kembali bersama keluarga Saya di Wonogiri.
Tidak ada cerita spesial di masa SMP kecuali masa adaptasi saya dari kota ke desa. :D
Saya waktu SMP sangat tomboy dan susah diem. Saya terkenal bandel dan sering masuk ruang BP. Tapi guru - guru saya semacam angkat tangan ketika melihat nilai - nilai rapot saya selalu bagus. Kata bapak saya, "Imbang".
Saya pernah merasa canggung dengan kedua orangtua Saya. Melihat kakak dan adik Saya sangat nyaman berada di pelukan mereka, bercanda, dan lembut memperlakukan mereka.
Saya berbeda, Saya justru selalu membangkang apa yang jadi statement mereka bahkan sesekali berani beradu argumen apalagi dengan Bapak Saya.
Akhirnya evaluasi dini pada diri Saya, karena mungkin Saya sudah terlalu lama berpisah dengan orang tua Saya. Saya akhirnya lebih dekat dan nyaman dengan keluarga Bude, orang yang selama ini membersarkan dan mendidik Saya.
Saya pernah sesekali dendam dengan mereka karena merasa tersisihkan. Acuh dengan kehidupan Saya. Namun kini Saya paham betul bahwa mereka membiarkan Saya lebih mandiri dan kuat sampai saat ini.
Ya, Saya sudah terbiasa melakukan segalanya sendiri dari mulai Saya beranjak umur 12 Tahun.
Saya merasa masa puber saya ini dipenuhi dengan keceriaan dan tantangan.
Masa SMA  saya mengenal basket, petualangan di hutan rimba dan gunung, bolos sekolah, rokok, miras,  keorganisasian, kekeluargaan, persahabatan dan cinta. Sampai - sampai Saya dijuluki "Galas" singkatan dari "Gali Alas" yang artinya dalam Bahasa Indonesia itu Preman Alas.
Saya rindu dengan panggilan itu padahal Saya sempat marah besar.
Dulu saking jengkelnya saya berusaha membuktikan ke teman-teman bahwa saya bisa jadi perempuan pada kodratnya.
Memakai rok, bando, anting - anting, make up, dan asesoris lainnya. Dan tantangan mereka mengenai "pacar", saya buktikan sewaktu  duduk di kelas XII (3 SMA).
Masa pertama kali punya pacar :D .
Kelulusan SMA adalah hal yang menyedihkan bagi saya. Saya harus berpisah dengan keluarga,sahabat , dan pacar pertama Saya. Saya memutuskan untuk meneruskan kuliah di Surabaya (kembali ke kota).
Kembali cukup menantang bagi Saya ketika dengan otak pas-pasan, ilmu pas-pasan, uang pas-pasan harus berjuang merebutkan bangku kuliah melalui jalur SPMB di Perguruan Tinggi Negeri ITS dan UNAIR.
Tidak terpikir hal terburuk yang akan terjadi yakni nama Saya tidak tercantum pada daftar Lolos.
Impian untuk menjadi Arsitektur, ahli matematika maupun jurnalis seketika gugur. Namun life must go on.
Saya berpikir keras untuk meneruskan perjuangan saya di Surabaya, daripada harus kembali ke Solo. Masuklah saya di program diploma III Manajemen Perbankan UNAIR. Tak pernah terlintas di pikiran Saya menjadi seorang banker atau terjun di dunia bisnis.
Sewaktu kuliah ini saya benar - benar merasakan hidup yang sebenarnya. Tanpa banyak pengawasan dari orangtua namun harus bertanggungjawab atas diri Saya sendiri.
Saya juga harus banting tulang mencari uang saku tambahan. Sempat sedikit iri dengan teman - teman saya selain kuliah mereka bisa membelanjakan uang saku mereka dengan bersenang - senang. Nonton, nongkrong di cafe, mengikuti fashion, ikut kursus ini itu, dsb.
Sedangkan saya mana mungkin bisa bergabung dengan mereka. Sesekali pernah namun tidak untuk waktu yang sering. Harus sadar diri banyak hal yang harus saya capai untuk mengejar yang tertinggal.
Akhirnya saya memilih jalan untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak - anak SD, SMP, dan SMA. Meski hasil yang saya dapatkan tidak seberapa tapi ada kepuasan tersendiri karena telah berbagi ilmu.
Saya tahu saya tidak pandai tapi selama Saya masih bisa menjawab dan membantu adek - adek ini belajar, why not?
Setelah lulus dari DIII Manajemen Perbankan Universitas Airlangga ini saya sempat minder karena sebagai jobseeker saya mempunyai banyak kompetitor yang jauh lebih baik daripada Saya.
Sebulan sebelum saya wisuda sebagai Ahli Madya, Saya bekerja di salah satu perusahaan NVOCC di Surabaya.
Enam bulan kemudian Saya diterima sebagai peserta MDP di salah satu perusahaan bank swasta di Yogyakarta.
Dan sekarang ini saya bertahan di Lembaga Negara independen di Indonesia tercinta ini (kembali ke Surabaya).
Surabaya adalah pelabuhan Saya untuk saat ini. Entah yang terakhir atau masih harus melalang buana seperti Bapak Saya. Seru sih tapi untuk dua tahun ini Saya berdoa supaya tetap di Surabaya.


Hmm... That's all. Hidup itu indah ketika kita mampu mensyukuri sedikitpun apa yang sudah diberikan Allah pada kita.
Saya belajar dari perjuangan yang sudah saya lakukan, tak banyak juga yang berhasil, tapi yakin Allah itu Maha Adil, akan menggantikan apa yang sudah menjadi jerih payah kita. Percayalah semua itu tidak akan sia - sia.
Saya juga sangat berterimakasih kepada orangtua Saya yang secara tidak langsung membimbing Saya menjadi anak yang kuat dan mandiri.

Let's do what should we do.




Bersama Tim Ekmon : Essy - Saya - Eugene - Ariinta

Cheers
:)

2 comments:

  1. hmmm...seru juga cerita masa lalumu... :)
    tapi terlalu pendeeeekkkk....ayooo,...ceritain lagi secara detail lika liku hidupmu,kurang seru klo cuma garis besarnya....hehehe....

    ReplyDelete
  2. Thank you for reading kak..
    siaap nanti kalo sempet aku lanjutin
    :*

    ReplyDelete