Sang Pejuang

Mata ini sampai susah untuk dibuka, nafas terisak, badan terkulai lemas rasanya
Namun aku harus kuat
Mengiklaskan semua yang sudah Allah tetapkan...
Rasa sesal yg terus terselubung dan mencabik hati.

Kamis, 20 Maret 2014.
Allah memanggilmu pulang....
Adyatma Pratama Putra
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun "Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali"



Yang aku sesalkan ketika pagi itu budhe (notabene ibu yang sedari kecil merawatku), mengirimkan pesan lewat handphone agar aku segera menelepon beliau. Dan aku dengan congkaknya "gak punya pulsa".
Memang saat itu aku tidak mempunyai cukup pulsa untuk menelepon, rencana akan membeli jam istirahat nanti.
Usai istirahat tidak kunjung membeli pulsa sampai pada akhirnya pesan itu aku terima. "Adit meninggal"
Kalimat yang sangat sangat tidak pernah aku duga.
Jika aku tidak terlambat untuk menelpon.....

Baru 4-5 hari yang lalu, tepatnya hari minggu, dia bercanda padaku ingin diajak jalan - jalan.
Dan aku menjanjikan minggu ini harusnya mengajaknya jalan - jalan.
Begitu cepat dia meninggalkan kami sekeluarga.
Dia anak yang sangat baik.
Aku sangat menyesal ketika dia selalu ingin dimanja dan aku menolaknya.
Bahkan setiap keinginannya, dia selalu bercerita kepadaku dan aku sedikit tidak peduli.

***
Sosok Adyatma Pratama Putra
Dia lahir tgl 25 September 1997, saat itu aku berumur 8 tahun sekitar kelas 3 SD.
Sejak kecil dia dilahirkan tidak seperti teman - temannya yang lain...
Dia ada kelainan jantung.

Hingga dia berumur 6 tahun, dia baru bisa dioperasi.
Seumur hidupnya tidak pernah lepas dengan obat.
Sewaktu kecil dia selalu bermain denganku.
Aku sangat menyayanginya.
Entah semenjak dewasa ini aku justru disibukkan dengan urusan percintaan, kerjaan, dan lain - lain.
Bukannya memperhatikan keluargaku sendiri.

Dek, maafin mbak ya...
Umumnya balita 1 tahun sudah bisa berjalan, sedangkan dia baru bisa berjalan 2,5 tahun.
Tubuhnya selalu nampak kurus, tidak pernah terlihat berlemak.

Aku tidak pernah mengerti perasaannya.
Yang aku tahu sekarang dia sangat hebat!!!!
SANGAT HEBAT!!!!
Dia menjadi pahlawan buat dirinya sendiri. Dan mengingatkan kita untuk terus berjuang hidup.

Malu ketika ingat aku sering mengeluh rasa sakit yang tidak seberapa dibanding dia.
Dia yang tiap hari merasakan sakit dan tertahan.
Dia selalu menyembunyikan rasa sakitnya di depan orang - orang.
Dia tidak ingin orang melihatnya kasihan.

Ya itulah Adit.
Dia selalu terlihat kuat.
Setiap aku bertemu dengannya, dia selalu melontarkan guyonan - guyonan yang membuatku kesal.
Dan kadang aku membentaknya.
Dia tidak apa - apa pikirku.
Ya memang tidak terlihat apa - apa namun sebenernya dia lemah.
Aku baru saja sadar dan akhirnya sangat - sangat - sangat menyesal...

Allah menciptakanmu begitu dengan kesempurnaanmu dek...
Kamu tidak cacat, kamu tidak sakit. Itu yang aku lihat.
Dia tegar dan unik.
Dia suka dengan film kartun, suka menggambar, suka dengan berhubungan dengan teknologi, dan sangat rapi.
Dia selalu marah jika kamarnya dikotori orang lain meski saudaranya sendiri.
Dia selalu menata rapi bukunya, menyimpan hal - hal yang penting di tempat yang aman.
Dan dia rajin menabung untuk membeli barang yang dia inginkan.

Laptop, handphone, modem, dsb adalah barang pembelian dengan uangnya sendiri.
What a wonderful you are!

Terakhir dia memintaku untuk menambahkan tabungannya untuk membelikannya handphone.
Lagi - lagi aku menundanya.
Aku tidak tahu handphone apa yang dia inginkan namun terakhir dia mendownload video tentang handphone yang dibanting, dibakar, tidak akan rusak.
Dia hanya melihatnya tanpa mengucapkan apa - apa.

Dia juga bukan abege yang neko - neko.
Teman - teman dan gurunya di sekolah yang berkomentar demikian.
Kalau tidak ada perlu dia tak akan berbicara.
Namun alhamdulillah banyak teman - teman yang peduli padanya hingga selalu mengajaknya berbincang dan bermain bersama.

Gurunya sangat perhatian dengannya, setiap dia merasa letih, selalu diberi dispensasi tetapi dia yang marah "aku baik - baik saja" ujarnya.
Sepatu pantofel yang berat mungkin juga membuatnya selalu merasa capai.
Tas yang berisi laptop dan buku - buku tebalnya juga menguras tenaganya untuk mengangkut.
Namun ketika ditegur agar tidak memaksakan, dia selalu menggumam "aku seperti anak - anak yang lain, kamu biasa aja lah!"

Detik - detik terakhir nafasnya pun dia tidak ingin orang - orang khawatir, sehingga dia tidak ingin dibawa ke rumah sakit.

Dia sangat menyayangi adik - adiknya.
Meski dia juga sering sekali menggoda adik - adiknya hingga mereka marah.
Namun sebelum menghembuskan nafasnya, dia ingin mereka tidur di sampingnya.

Aku kesal dengan diriku sendiri, belum sempat membimbingnya agar selalu menegakkan tiang agama.
Kata bude setiap ada adzan, dia ingin pergi ke masjid namun dia malu dengan kondisi fisiknya.
Padahal, disana banyak orang baik, pasti kamu akan lebih kuat dan dekat dengan Tuhan nantinya.
Menyesal, aku belum pernah memberitahumu seperti ini.

Aku merindumu....Dek...
Melihatmu tidur meringkuk di depan TV yang sedikit rusak kadang dengan box speaker kecil di samping telingamu.
Aku rindu kamu goda.

Aku takut melihatmu dikubur tadi malam tapi insyaAllah kamu selalu dalam lindunganNya dek... Hanya sementara bertahanlah... Semoga terang di sana, kamu tidak kedinginan dan kamu bersama umat muslim lainnya di sana.

Semoga Allah memberimu surga nantinya...Dek..
Memberi apa yang kamu inginkan di sana, berjalan - jalan di tempat yang indah seperti yang kamu inginkan, bertemu pasanganmu di sana dan terlindung dari siksa kubur.

Amiin ya Rabbal 'alamiiiinn....

Pesan untuk pembaca, jangan pernah kamu sia - siakan orang - orang yang kamu sayangi ataupun menyayangimu terutama KELUARGA.


We'll be miss you....
Adyatma Pratama Putra



Bersama adik - adiknya




Dan ini salah satu karya terakirnya yang belum sempat dia sampaikan pd kami :')

No comments:

Post a Comment