Produk Lokal yang Go Internasional


Boleh dikatakan bangga ketika Saya membaca  finance detik  ternyata entrepreneur Indonesia mempunyai potensi luar biasa mengembangkan ide usaha mereka sehingga brand yang mereka pakai hampir saja mendunia. Patut dicontoh. Merek - merek ini tidak disangka sudah muncul di beberapa negara.
Ternyata tidak hanya artis Ibukota kita yang bisa Go International.
Menurut Detik Finance ada merek lokal yang mendunia antara lain : J.co Donuts and Coffee, Ouval Research, Le Monde, Peter Says Denim, Al Madad Chocolate, Partner In Crime, Mimsy, Es Teler 77, Klenger Burger, dan Hatten Wines. Sebenernya masih banyak lagi bahkan blogger ataupun kaskuser sudah membahas hal ini beberapa tahun yang lalu sebelumnya.


Appreciate banget bagi Saya. Mereka semacam ikut menginspirasi kita semua untuk mengikuti jejak mereka. Let's see !

J.Co Donuts Coffee
PT. J.CO Donuts and Coffee didirikan oleh Johnny Andrean. Johny Andrean?
Dia adalah pengusaha salon yang sukses. Kurang lebih 168 jaringan Salon dan 41 sekolah salon dimilikinya. Kalau sering ke salon, bisa terlihat kualitas dari karyawan dengan service dan karyanya.
Entah wangsit apa yang dia dapat, tiba - tiba membawanya terjun ke bisnis makanan. Ternyata dia belum puas dengan usaha salonnya!
Tahun 2003 ia pertama kali mengembangkan J.CO!
Dia menciptakan produk dalam negeri dengan menggunakan konsep dari luar negeri dan disempurnakan dengan modernisasi dan kualitas terbaik. Tujuannya sih bisa bersaing di pasar asing.
Persiapan J.CO membutuhkan waktu yang lama. Selama 3 tahun Johnny Andrean dan timnya mempelajari bisnis donat, mengeksplorasi resepnya, serta melakukan riset pasar dan sampling.   Johnny meluncurkan J.CO dengan konsep "apa yang disukainya dan hal ini bisa diterima masyarakat".
Pada 26 Juni 2005, J.CO mulai beroperasi pertama kali di Supermal Karawaci, Tangerang dan kemudian langsung membuka outlet sebanyak-banyaknya. Dalam waktu setahun, J.CO telah punya 16 buah gerai dengan 450-an orang karyawan untuk gerai saja. Tujuh gerai terdapat di Jakarta dan sisanya di Bandung, Surabaya, Makassar, dan Pekanbaru.
Dalam waktu dekat mereka buka di Palembang, Batam, Manado, Bogor, Medan, dan Bali, dan ada keinginan juga untuk go international pada tahun 2007 dengan pilihan lokasi di Australia, Hongkong, atau Singapura.
Sekarang lihat saja pengunjung J.Co, tidak dipungkuri anak - anak muda termasuk Saya bahkan sering kehabisan tempat duduk untuk sekedar nongkrong bersama teman - teman. Alhasil kita kadang cukup take a way dan menikmatinya di jalan atau di tempat lain.
Selain differensiasi produknya yang yummy, harganya pun miring.










Ouval Research
Saya mengagumi produk Ouval Research ini. Simpel tapi useful. Kekaguman saya berawal dari desain tas ransel yang elegan, simpel, dan berfungsi ganda.
Sejarah Ouval Research sendiri dari maraknya komunitas skateboard di Bandung membuat trio Rizki, Maskom dan Firman, pada 1997 menciptakan Ouval Research yang menyuplai piranti dan fashion untuk skateboarder.
Mulai dari kaos yang diprint unik dan erat dengan street style yang dinamis, fun, dan anak muda banget ala skateboarder. Kemudian Ouval Research berkembang hingga ke aksesori, tas, sepatu, bahkan sampai MP3 dan otopet.
Kini Ouval Research semakin memperlihatkan keseriusan dan kemajuan bisnisnya hingga mengekspor produknya ke mancanegara seperti Singapura di butik Fyeweraz dan skateboard di Jerman.






Le Monde
Pertama lihat produk ini dari gendongan bayi milik sepupu saya. Waktu itu Saya mencoba menggendong si kecil (ponakan) saya menggunakan alat gendong itu berwana baby pink yang simpel dan unik.
Ternyata Le Monde diambil dari Bahasa Prancis yang artinya dunia. Perusahaan ini merupakan bisnis keluarga memiliki yang didirikan oleh Zakiah Ambadar (Jackie Ambadar) dengan aset Rp 13 miliar dengan omset Rp 3 miliar per bulan.
Saat ini, perusahaan perlengkapan bayi ini mempunyai 10 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung, Bogor dan Malang. Selain memiliki banyak outlet, Le Monde telah melakukan franchise sejak tahun 2001.
Kini produk produk Le Monde sudah diekspor keberbagai negara di Asia, Australia, Jerman, hingga negara Timur Tengah seperti Kuwait dan Bahrain. Berkat keberhasilannya menjaga mutu prima, Le Monde pernah menyabet penghargaan Best Asean Infant Wear 2005.




Peter Says Denim
Mungkin karena saya terlalu kuper dan tidak begitu mengikuti perkembangan fashion, Saya belum pernah melihat secara langsung produk ini. Namun teman saya sorang pecinta fashion sempat bercerita tentang Peter Says Denim.
Peter Says Denim  merupakan brand asal kota Bandung yang berdiri sejak bulan November 2008 dan pemiliknya adalah Peter Firmansyah.
Pria asal Sumedang ini sejak SMA memang gemar untuk mengubek-ubek pakaian di pedagang kaki lima, tapi sekarang pria ini sudah berhasil membuat brand sendiri, dan terkenal di Luar Negeri.
Tak butuh waktu relatif lama. Semua itu mampu dicapai Peter hanya dalam waktu 1,5 tahun sejak ia membuka usahanya pada November 2008.
Kini, jins, kaus, dan topi yang menggunakan merek Petersaysdenim, bahkan, dikenakan para personel kelompok musik di luar negeri.
Sejumlah kelompok musik itu seperti Of Mice & Man, We Shot The Moon, dan Before Their Eyes, dari Amerika Serikat, I am Committing A Sin, dan Silverstein dari Kanada, serta Not Called Jinx dari Jerman sudah mengenal produksi Peter. Para personel kelompok musik itu bertubi-tubi menyampaikan pujiannya dalam situs Petersaysdenim. Untuk Band Lokal sendiri yang berhasil di endorse band semacam Rocket Rockers, Saint Loco.
Hasrat Peter terhadap busana bermutu tumbuh saat ia masih SMA. Peter yang selesai SMA lalu dia menjadi  pegawai toko pada tahun 2003 di surfing industry yang membuat produk seperti Rip Curl, Volcom, Globe, hingga Rusty.
Untuk mempromosikan brand produknya, Peter Firmasnyah memanfaatkan internet dengan cara memanfaatkan fungsi jejaring sosial di internet, seperti Facebook, Twitter, dan surat elektronik untuk promosi dan berkomunikasi dengan pengguna Petersaysdenim. Strategi lain yang bisa dilakukan Peter adalah dengan meng- endorse band-band lokal maupun internasional. Band-band yang di endorse memang bukan band nomer satu, tapi inovasi yang dilakukan Peter itu patut mendapat apresiasi. Bahkan menjadi inspirasi brand yang lain untuk melakukan hal yang sama, berkat inovasinya itu penjualannya pun semakin meningkat. Kepandaian bergaul dan sedikit kemampuan marketing membuat brand PSD pun semakin berkibar.Ini merupakan salah satu kebanggan bagi masyarakat Indonesia, untuk bangga terhadap produk lokal, serta menjadi pembelajaran bagi para generasi muda Indonesia.
Yang saya kagumi dari dia adalah ketika teman - teman dia kebanyakan kaum hedonis yang kemudian mencintai pakaian branded, dia hanya memperhatikan dan mempelajari kepuasan dari teman - temannya. Karena dulu dia bukan tergolong dari orang yang tidak berada , dia hanya berultimatum akan membuat pakaian - pakaian serupa yang akan dikagumi mereka nantinya.

Mimsy
Christyna Theosa, seorang mahasiswi Art Center College of Design Pasadena, Perempuan kelahiran Tuban, 2 Januari 1982, sukses dengan tas buatannya yang diberi nama label Mimsy pada 2004.
Ia banyak bereksperimen dengan bahan dan warna untuk menciptakan desain yang elegan, unik, dan classy, namun juga seksi dan funky. Ia mendesain clutch-nya dengan bahan terbaik seperti kulit Italia, kain lace Jepang dan Prancis, pita sutra, beludru, hingga kristal Swarovski.
Semua tas dan clutch-nya juga dilapisi dengan bahan suede Italia dan satin. Tas-tas buatannya ini dijual dengan kisaran harga Rp 1,5 juta hingga Rp 7 juta. Kini tas karyanya bisa ditemui di Amerika (New York, Los Angeles, Chicago), Jepang, Malaysia, dan tentunya Indonesia (Grand Indonesia Shopping Town).





Es Teler 77
Es Teler adalah jenis minuman dingin berupa buah-buahan segar - nangka, alpukat dan kelapa, dengan racikan sirup istimewa yang membuat minuman ini asyik untuk dinikmati.
Pada tahun 1981, seorang Ibu bernama Murniati Widjaja memenangkan lomba membuat Es Teler di Jakarta. Kemudian dibukalah kantin kecil di pelataran pertokoan Duta Merlin Jakarta. Kantin itu hanya memiliki 5 karyawan. Kantin sering tutup karena banjir. Suatu ketika manajemen gedung menaikan harga sewa gedung tiga kali lipat tanpa alasan yang jelas. Akhirnya kantin dinyatakan tutup.
Ibu Murniati tidak menyerah begitu saja dengan bantuan sang suami dan dorongan putra - putrinya membuka  gerai Es Teler 77 di sebelah gedung pertokoan Gajah Mada Plaza. Di lokasi ini bisnis berkembang pesat dan menjadi dikenal dan segera membuka franchisenya pertama kali di Solo Jawa tengah.
Setelah hampir tiga dasawarsa, Es Teler 77 terus berkembang dengan menyajikan produk makanan dan minuman dengan resep orisinil yang bermutu dan berkualitas kepada pelanggan di pelosok Indonesia dan juga mancanegara.
Dengan 180 gerai yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, Es Teler 77 bukan hanya meningkatkan citra makanan Indonesia di negeri sendiri tetapi juga memperkenalkan makanan Indonesia ke mancanegara. Saat ini Es Teler 77 dapat dikunjungi di Singapura, Malaysia dan Melbourne (Australia).
Masih ada Klenger Burger si burger yang mengenyangkan dan halal, Partner in Crime si alas kaki yang worth dan elegan dari Fahrani (entertainer), Hatten Wines si wine dari Bali, dan masih banyak merek - merek yang lainnya yang sudah mulai memberanikan diri untuk go Internasional seperti Agnes Monica :D

So, What do you think?
Kita harus ingat tahun 2014 ada AFTA (Asean Free  Trade Area) , yakni perjanjian kerjasama ASEAN untuk mewujudkan perdagangan bebas. Negara ASEAN sepakat untuk menghapus hambatan - hambatan perdagangan secara bertahap dalam lingkup anggota ASEAN ini.
Liberalisasi perdagangan ini tidak dipungkiri akan mempunyai dampak positif pada pertumbuhan volume perdagangan pada umumnya.  Pada dasarnya tujuan AFTA itu untuk memasuki pasar bebas dunia dimana Asia Tenggara harus menjadi sentra produksi berbasis teknologi.
Jadi pemberlakuan AFTA ini diperlukan keterlibatan kita di dunia usaha, kalau tidak yaaaa... siap - siap deh jadi penonton bola dari pemain - pemain asing di lapangan milik kita sendiri.

Perusahaan - perusahaan yang sudah Saya bahas tadi sangat inspiratif kan? Survive di dunia usaha dengan selalu melakukan diferensiasi produknya dalam rangka memunuhi keinginan pelanggan.
Bersaing sehat itu penting kok untuk pertahanan diri dan anti stagnant.

Cheers
Wennie

No comments:

Post a Comment