Kejujuran yang Mahal

Entah bagaimana mengungkapkan rasa terimakasihku kepada seorang cleaning service toilet di Bandara Udara Internasional Lombok tepatnya terminal kedatangan.
Malam itu sekitar pukul 19.30 WITA aku dan mas pacar tiba di Lombok dan langsung menuju toilet. Beberapa printilan aku letakkan di wastafel termasuk jaket kesayangan kami. Si pacar menunggu koper di baggage claim. Akhir - akhir ini kami berdua sensitif sekali dengan waktu karena merasa sedetik sangatlah berharga. Seusainya mengeluarkan isi dalam perut  dengan terburu - buru saya menenteng tas kecil berisi mukena dan seperangkat alat make up dari wastafel menuju baggage claim. Pikirku pasti si pacar sudah mengambil koper dan menungguku terlalu lama, aku tak mau membuatnya marah kali ini.

Well, ternyata dia masih berdiri manis di sana dan menunggu barang - barang kita muncul.
Tak lama setelah barang - barang kami lengkap, kami meninggalkan bandara menuju Mataram kota.
Malam itu terasa dingin sekali, aku menggigil kedinginan dan merapatkan tubuh dalam sandaran bis.
"Kok gak pake jaket sih?" tanya si Pacar pelan.
Seketika dingin semakin merasuk ke dalam tulang - tulang dengan mata terbelalak.
Si pacar melihatku dengan heran dan aku cuma bisa menenangkan diri.
"Tenang - tenang, pacar akan selalu memaafkanmu meski dia marah", batinku.
Dengan menghela napas panjang aku mengakui keteledoranku yang kesekian kalinya. Ya, jaket kesayangan kami tertinggal di wastafel bandara.
Sebenarnya jaket itu tidak mahal tidak juga bagus, tetapi kami sudah terlanjur jatuh cinta karena begitu banyak hal yang sudah kami lalui dengan jaket pelindung itu. Kami sangat menyayanginya.
Setelah tiga hari kami berada di Lombok, saatnya kami harus kembali ke kampung halaman kami di Surabaya.
Dengan ekspektasi yang luar biasa tinggi, bermimpi jaket kami akan kembali.
Setelah check in, beberapa menit kemudian ada informasi bahwa pesawat kami ditunda keberangkatannya.
Well, alamat semakin lama kami di bandara.
Si pacar berinisiatif pergi ke toilet terminal kedatangan yang tidak dekat juga dari ruang tunggu dengan harapan kami bisa menemukan jaket kami kembali. Saya tetap di tempat menikmati pesawat landing dan awak - awak pesawat beroperasi.
Seperti anak kehilangan induknya, dengan harap - harap cemas aku meneleponnya. Dan wooooowwww!!!! kata si pacar jaket itu masih ada dan tersimpan di kantor Angkasa Pura yang letaknya 15 menit dari Bandara.
Hal yang tidak pernah aku bayangkan, jaket kami yang hilang tertata rapi dalam tas kardus berwarna orange. Hal yang lebih menyenangkan lagi, jaket lusuh kami kini bersih dan wangi.
Gilaaaa masih ada yaaa orang sebaik itu di dunia ini?
Si pacar aku tanya, "kamu kasih imbalan ga?"
Dia dengan tertawa kecil menjawab, "pastinya sayang, tapi tadi kan aku ga bawa tas, cuma bawa gopek di saku."
"Syukurlah", ucapku tapi si pacar memegang lenganku pelan
"Tapi tadi karena nunggu lama, aku kelaperan jadi aku beliin Roti*, nih satu buat kamu."
Gilaaaaaaaa... si pacar nih... jadi mbak - mbak yang udah nyelametin jaket kami dikasih berapa??? setelah dikurangi dengan pembelian dua roti??
Hahaha yaudahlah.. mbak.. berapapun yang kami berikan rasanya kebaikanmu tidak bisa kami beli.
Tuhan saja lah yang akan membalas kebaikanmu.

Terimakasih ya mbak... (ga tau namanya)
Yang jelas aku berharap kamu bisa menebar kebaikan di mana - mana nantinya, inshaAllah masih banyak orang sebaik kamu

:)


Jaket kesayangan kami yang sudah tertata rapi, bersih, dan wangi

No comments:

Post a Comment